Thursday, May 17, 2012

BAHAYA SISA RESIDU PADA BUAH IMPOR, Sisa Pestisida di Buah Impor Ciptakan Generasi Alay


BAHAYA SISA RESIDU PADA BUAH IMPOR, Sisa Pestisida di Buah Impor Ciptakan Generasi Alay | Buah-buahan memang sangat baik sekali manfaatnya, selain sebagi sumber vitamin buah juga mempunyai banyak sekali nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, banyak sekali aneka buah-buahan yang dijual dipasaran, dari mulai yang murah sampai yang mahal, berbagai macam buah-buahan dijajakan dari yang berasal dari hasil pertanian lokal sampai yang di impor dari luar negeri, semuanya dipasarkan karena permintaan konsumen cukup tinggi untuk mengkonsumsi buah-buahan, tapi bagai mana kalau ternyata buah-buahan yang kita konsumsi ternyata mempunyai efek kurang bagus karena mangandung residu yang berbahaya bagi tubuh, hal ini diutarakan oleh Pakar Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Prof Ahmad Sulaeman mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai buah impor. 

"Harga buah impor yang dijual di supermarket Indonesia kadang lebih murah dibanding harga di negara asalnya. Hal ini tentu saja membuat kita heran sekaligus bertanya, mengapa buah tersebut bisa dijual dengan harga murah?" katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Rabu (16/5). 
Ahmad Sulaeman menjelaskan lebih lanjut temuannya tentang buah impor ini. Ia mengemukakan bahwa satu terminal buah di Rotterdam Belanda yang luasnya hampir sama dengan Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng terdapat gudang pendingin sebagai tempat menyimpan buah. 


Ternyata, usia penyimpanan buah impor tersebut ada yang mencapai dua tahun, dan yang paling muda adalah enam bulan.  Agar buah tahan di suhu dingin,  tidak kering dan tidak keriput, maka kulit buah dilapisi lilin. "Dalam lilin itu juga ditambahkan fungisida agar buah tidak berjamur," ujarnya. 

Menurut dia, hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa fungisida yang biasa ditambahkan adalah jenis fincocillin yang bersifat anti-androgenic yang sama sifatnya seperti DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane). Anti-androgenic ini, katanya, menimbulkan efek mandul pada serangga. 
Ia menjelaskan, sebagaimana diketahui, DDT adalah insektisida tempo dulu yang pernah disanjung setinggi langit karena jasa-jasanya dalam penanggulangan berbagai penyakit yang ditularkan vektor serangga. 
"Tetapi kini penggunaan DDT di banyak negara di dunia terutama di Amerika Utara, Eropa Barat dan juga di Indonesia telah dilarang," katanya. 

Ia mengatakan, menjadi jelas bahwa buah impor tidak lepas dari pestisida.



Dampak lain dari pestisida adalah pada anak-anak. Ia mengemukakan, banyak anak yang baru minum ASI (air susu ibu) saja bisa keracunan DDT, akibat sang ibu mengkonsumsi sayur dan buah yang terpapar pestisida. Hal ini dapat mengganggu perkembangan mental dan kognitif anak. 
Ahmad menjelaskan, satu penelitian di negara Meksiko yang membandingkan anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik (tanpa pestisida) dan non-organik (disemprot pestisida). 

Hasilnya, kata dia, anak yang selalu terpapar pestisida tidak mampu menggambar, sekalipun gambar garis yang sederhana. 
Sebaliknya, anak yang biasa mengkonsumsi pangan organik disebutkan mampu menggambar dengan bagus. 

Kemudian beberapa risiko penyakit juga dimungkinkan berkembang pada anak yang dilahirkan dari ibunya yang terpapar pestisida, seperti penyakit leukemia dan termasuk autis. 


Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat kembali beralih ke buah lokal dan penuh khasiat, seperti manggis, bisbul, nangka dan masih banyak lagi. 
"Sayangnya, pasar buah kita, terutama di supermarket, masih didominasi oleh buah impor," katanya. 
Dari 225 jenis buah dan sayur segar yang dijual di swalayan, kata dia, 60-80 persen merupakan buah impor. Karena itu, ia menegaskan lagi bahwa penggemar buah segar perlu ekstra waspada, terutama pecinta buah impor, seperti anggur, pir dan apel. 

"Apalagi jika sedang ada promo buah impor dengan harga yang sangat murah," 

sumber:mediaindonesia

Artikel Terkait

1 comment:

  1. […] Bagaimana dengan buah import? disini ada ulasannya: http://devawisnu23.wordpress.com/2012/05/17/bahaya-sisa-residu-pada-buah-impor-sisa-pestisida-di-bua… […]

    ReplyDelete